Kamis, 21 Mei 2015

Udah ah jomblo aja,...



Perjalanan ku mengenal cinta dimulai sejak aku masih duduk di bangku kelas empat sd. Yayat, nama panggilan kecil gadis itu. Dia kakak kelasku sekaligus anak kepala sekolah ku. Mungkin terdengar aneh dikala itu mencintai seorang kakak kelas tetapi tidak bagi ku karena cintaku datang begitu saja tanpa di minta. Tetapi begitulah aku. Hanya bias mencintai tanpa berani mengungkapkan. Sampai waktu berlalu dan keadaan yang memisahkan tak pernah ada lagi cerita tentang ketertarikan seorang mulyadi kepada yayat sang anak kepala sekolah yang begitu menawan.
Waktu terus berlalu, membawaku menapaki jenjang pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) negeri 3 kusan hilir. Saat ini sekolahku tersebut telah berganti nama menjadi sekolah menengah pertama(SMP) negeri 1 angsana. Di sini pun aku tidak pernah memiliki cerita cinta yang menarik untuk aku ceritakan kepada teman sebayaku. Karena cintaku masih sama seperti keadaan waktu di sd. Cinta yang hanya bias mengagumi dalam hati tanpa berani mengutarakan kepada si gadis impian. Fitri nama gadis itu. Kali ini dia adik kelas ku. Meskipun begitu aku masih belum ada keberanian untuk mengungkapkan perasaanku kepadanya. Mungkin memang beginilah aku dari dulu seorang remaja pemalu yang hanya bias senyum tersipu ketika ditanyakan tentang cinta kepada ku.
Pernah suatu ketika sepulang dari sekolah. “Ayo teman-teman aku duluan”, ucap Maesaroh, teman dekat Fitri yang kebetulan sekali waktu itu kami pulang berbarengan dengan teman-teman pria yang lain. selang beberapa saat “ayo mau masuk dulu gak”, ucap masran teman ku sambil membelokkan si “Mustang” yang telah setia menemani hamper tiga tahun lamanya. Sambil bercengkrama beriringan kami terus mengayuh sepeda masing-masing. “Ayo”, ucap Ismail singkat sambil membelokkan sepeda “jengki” khas orang tua  tahun 90 an. Tiba lah saat tinggal kami berdua yang mengayuh sepeda masing-masing. Ada perasaan senang sekaligus gugup ketika tinggal kami berdua saja yang mengayuh sepeda setelah satu persatu teman-temanku sampai dirumahnya masing-masing. Tak ayal setiap matapun tertuju kearah kami ketika kami melintasi warung-warung dan kerumunan orang-orang yang duduk-duduk di atas dipan melepas penatnya siang hari. Bahkan ada yang sampai bersiul dan mengejek ku. “Mul, sai ni, braya me ke?”(Mul, dengan siapa itu, pacar mu ya) sapa seorang wanita paruh baya dengan bahasa lomboknya. “Nde iya, batur sekolah, kebetulan nde na milu mobil jemputan jelo ne”. (bukan, teman sekolah. Kebetulan dia tidak ikut mobil jemputan hari ini) jawab ku dengan tersenyum sambil menoleh kerarah Fitri yang dari tadi seolah bingung mendengar percakapan kami. Grogi terlihat jelas dari raut wajah ku, karena sampai perjalanan menuju rumahku semakin dekat aku belum juga menemukan kata-kata pamungkas untuk bias menentramkan hati ini yang selalu terbayang wajahnya berhari-hari. “Fit, aku mau sampai ne, mau ikut mampir dulu gak, kata ku mencoba menawarkan diri”. Enggak, terima kasih aja kak. Mungkin lain kali” ujarnya. “Tapi kan perjalanan mu masih jauh. Apalagi kamu masih akan melewati perkebunan sawit yang begitu sepi, apa kamu tidak takut?” Tanya ku balik seolah khawatir akan keselamatannya. Tidak kok, Insya Allah aman aja. Asal masih siang hari gak papa” jawabnya. “Ya udah deh kalau begitu, hati-hati di jalan ya?” jawab ku dengan nada berat hati karena aku tidak berhasil mengatakan apa yang selama ini aku pendam. Sambil mengayuh gontai aku terus memaki diri dalam hati, kenapa kamu masih belum berani juga muuul, tanyaku kepada diri sendiri.
Begitulah, akhirnya masa remaja SMP pun berlalu begitu saja tanpa cerita cinta yang berarti. Sampai aku lulus nama Fitri hanya ada dalam hati ku tanpa seorang pun yang tau bahwa aku pernah mencintanya. Waktu Sekolah Menengah Atas (SMA) pun tiba. Di sini, lagi-lagi aku tertarik dengan seorang adik kelasku. Mimin, adalah namanya yang aku dengar dari teman-temanku. Orangnya berjilbab, putih, agak pendiam, dan senyumnya sungguh menawan hati. Selidik punya selidik ternyata dia telah memiliki seorang kekasih yang juga satu angkatan dengannya. Hal ini aku tau dari Wira teman dekatku yang kebetulan anak kepala sekolahku waktu itu. Meskipun terlihat pendiam tetapi dia seorang yang cukup berprestasi. Hal ini membuat ku menaruh perasaan yang teramat sangat mencintainya. Dan sekali lagi, akupun tidak meninggalkan jejak maupun cerita bahwa aku pernah mencintai seorang siti aminah dikala SMA. Mungkin hanya wira lah yang tau isi hati ku, sampai saat ini.
Menginjak bangku kuliah, kedewasaan ku mulai tumbuh. Aku mulai berfikir bahwa hidup di daerah yang jauh dari orang tua harus pandai-pandai menjaga diri. Menjaga dari arus pergaulan dan menjaga dari setiap keinginan untuk membelanjakan uang jajan yang diberikan orang tua. Hidup di negeri orang harus pandai-pandai berhemat dan melihat peluang. Agar tidak hanya semata-mata mengharapkan uang bekal dari rumah di kampung. Banjarmasin adalah kota besar. Ibukotanya Kalimantan selatan. Memasuki dunia kampus sungguh sangat berbeda dengan dunia sekolah yang telah 12 tahun menempa adat kebiasaan dalam menuntut ilmu pengetahuan.
Disini aku satu angkatan dengan Lia. Seorang gadis manis berjilbab yang cukup berpendirian. Bahkan dia terlihat cukup vocal disbanding teman-teman ku yang lain. hal ini akan terlihat ketika di salah satu mata kuliah ada diskusi yang membahas suatu topic tertentu. Apalagi dia juga sangat aktif dalam salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di bidang keagamaan yang ada di kampus. Apalagi UKM yang dia ikuti terbilang cukup keras menyuarakan setiap aspirasi yang berbeda pandangan dengan mereka. Tetapi meskipun begitu ketertarikan ku kepadanya tidak menghalangi segala kelebihan yang dimilikinya. Sampai suatu ketika tepatnya tanggal 17 Agustus aku mengirimkan pesan singkat kepadanya. “Assalamualaikum, Lia apa kabar?. Hari ini adalah hari merdeka. Dan akupun tidak ingin terjajah dan tersiksa oleh perasaan ini yang telah lama aku pendam. Sebelumnya aku mohon maaf jika caraku ini tidak berkenan. Sungguh hanya lewat inilah aku berani mengungkapkan perasaan yang selama ini aku pendam. Lia, aku mencintai mu. Sangat mencintai mu. Aku berharap kamu membalas sms ku agar aku segera terlepas dari beban cinta yang selama ini aku rasakan. Apapun jawaban mu aku siap menerimanya”. Setelah ku tekan tombol send, dengan seketika detak jantungku terasa semakin cepat. “Alhamdulillah, meskipun hanya ini keberanian ku setidaknya aku sudah merdeka hari ini, gumamku. Tak sabar aku menanti jawaban sms dari lia, waktu terasa sangat lama sekali. Hingga akhirnya HP ku pun berdering tanda ada sms yang masuk. Ku buka dan benar saja dugaanku, ada pesan masuk dari Lia. “Wa alaikum salam, maaf saya tidak bisa. Lagian bukan begini caranya.” Jawabnya dengan singkat, jelas dan cukup menusuk. Akupun mengurut dada sambil berkata lirih, “sabar muul, berarti dia bukan jodoh mu.”
Semenjak kejadian itu, aku terus memikirkan isi pesan singkat yang berisi penolakan cinta dari Lia kepadaku. Terutama pada kalimat yang kedua. “lagian bukan begini caranya”. Aku terus merenung dan mencari kira-kira apa maksud dari perkataan itu. Akupun mulai lebih mendalami islam sebagai agamaku. Seolah-olah penolakan dari Lia memotivasi ku untuk mencari lebih banyak ilmu terutama tentang agamaku sendiri yang sudah turun temurun diwariskan nenek moyang ku  tetapi sepertinya masih banyak rahasia terpendam yang belum aku ketahui. Perlahan akupun mulai memahami bagaimana seharusnya pergaulan dalam islam.
Waktu terus berlalu, selayak nya teman-teman yang lain. akupun tidak menutup diri terhadap cinta yang datang. Meskipun sifat dasarku sebagai pemalu tidaklah hilang. Namun sifat ini seolah menemukan jodohnya yaitu nilai-nilai islam yang menjaga pergaulan antar teman yang berlawanan jenis. Sampai saat ini aku patut  bersyukur karena perpaduan dua sifat ini seolah menjadi tameng bagi ku untuk lebih menjaga diri dari pergaulan agar tidak sampai terjerumus lebih jauh ke dalam pergaulan yang bebas tanpa batas. Inilah jawaban dari sekian usaha percobaan untuk mendekati lawan jenis yang selalu berujung kegagalan. Gagal dalam artian menjalin sebuah hubungan sebagai mana teman-teman yang mengartikannnya dengan sebutan pacaran. Akhirnya akupun memutuskan, udah ah jomblo aja. Berani jomblo itu hebat, berani jomblo itu selamat, piddunia wal akhirat… Amin.

AKHIR CERITA DOLLY



Ketika kita mendengar kata dolly, maka yang terbayang di benak adalah sebuah komplek/kawasan yang menjadi tempat para pekerja seks komersil (PSK) menjajakan dirinya demi kepentingan syahwat atau yang lebih halus dikenal disebut orang sebagai “mata pencaharian”. Hah? Mata pencaharian? Gak salah?
Bagi masyarakat disekitar kawasan tersebut mungkin bukan hal yang tabu lagi jika saudara, ibu, bahkan mungkin anak mereka mencari nafkah sebagai PSK. Tapi bagi umumnya orang kebanyakan di Indonesia menjadi seorang PSK tentu hal yang sangat aib bagi mereka. lebih lebih bagi masyarakat muslim pada umumnya. Namun anehnya masyarakat disekitar tempat tersebut masih banyak yang menentang penutupan, bahkan menyurati presiden tentang nasib mereka akibat di tutupnya Dolly. Saya pribadi sangat salut dengan keberanian ibu risma menutup kawasan tersebut meskipun banyak pihak yang menentangnya. Bahkan beliau siap menerima risiko yang paling membahayakan jiwanya, yakni diancam akan di bunuh.
Kerjasama yang baik antara pemprov jawa timur dan pemkot Surabaya patut diacungi jempol. Khususnya pemkot Surabaya. Tapi tentunya bukan untuk sang wakil walikota yang konon katanya tidak setuju/tidak mendukung dengan penutupan lokalisasi yang menjadi tempat pelacuran terbesar di kawasan asia tenggara ini. Pemkot akan memberikan Rp 5.000.000 sebagai pesangon selama satu bulan kepada masing masing PSK agar mereka dengan legowo mengikutinya ajakan pemerintah kota Surabaya. Namun dengan sejumlah uang itu ternyata masih ada PSK yang mengatakan belum cukup, naudzubilllah…
Ditengah ujian yang berat ini ibu risma ternyata tidak sendirian, masih ada sekitar 15 ormas yang mendukung dan siap membekap rencana beliau agar bias terlaksana dengan baik dan lancer. Namun menurut saya, kedatangan beberapa ormas yang di dominasi ormas islam tersebut belum lah cukup dalam bentuk dukungan. Dibutuhkan upaya yang lebih konkrit untuk menyuarakan aspirasi tersebut. Baik melalui unjuk rasa maupun konferensi pers. Saya masih berharap kepada para organisasi mahasiswa dan ormas islam untuk bersuara mendukung kebijakan pemerintah kota Surabaya. Jangan hanya unjuk rasa itu muncul untuk menolak, tapi juga selayaknya hadir untuk mendukung kebijakan pemerintah.
Bukankah jihad yang sangat besar ganjaran pahalanya jika berani menyuarakan kebenaran kepada pihak yang dzalim/menentang?

Selasa, 19 Mei 2015

Cinta Terlarang



Dalam duduk ku termenung. Pikiran berkelebat tidak  karuan. Masih terekam jelas ketika satu minggu yang lalu aku memulai semua ini. Dilatar belakangi oleh sms seorang sahabat baikku yang menolak membantu  sehingga menimbulkan suasana yang tidak harmonis antara aku dan dia dalam beberapa hari terakhir. Sebuah keadaan yang aku sendiri tidak tenang dibuatnya. Aku tau dia pun pasti tidak suka dengan kondisi saat ini. Dimana sudah tepat satu minggu aku tidak bertegur sapa dengannya. Seorang teman kantor berjilbab lebar yang penuh pesona. Namun karena pesonanya inilah yang melatar belakangi ku untuk bertindak bodoh.

Ya, betindak bodoh. Kenapa? Karena aku adalah seorang laki-laki yang sudah berkeluarga dan telah mempunyai seorang anak. Namun sebagai mana umumnya bahwa kelemahan seorang lelaki terletak pada pandangannya, dan mungkin itu pula yang terjadi padaku. Ku akui sejak pertama melihatnya memang aku mempunyai perasaan yang berbeda kepadanya. Sebuah perasaan yang ketika melihatnya hati merasa senang dan bahagia. Sebuah perasaan yang ketika melihat senyum dan tawanya membuat akupun ikut tersenyum dan tertawa. Ya, mungkin inilah yang dinamakan cinta.

Tetapi sayangnya, mungkin ini juga yang disebut dengan cinta terlarang. Kenapa? Karena aku telah memiliki keluarga. Aku telah mempunyai seorang istri dan juga seorang anak. Tidak selayaknya perasaan ini ku curahkan kepada gadis itu sedangkan aku sendiri telah memiliki anak dan istri di rumah. Apalagi jika aku disuruh untuk berempati pada posisi sebagai seorang istri tentunya sulit untuk di terima. Tetapi mungkin begitulah kodrat laki-laki sehingga tidak salah di dalam kitab suci dibolehkan bagi nya untuk menikahi dua sampai empat orang jika dirasa mampu dapat berlaku adil.

“Eh pak Yadi  melamun terus perasaan dari tadi? Ada apa ya? Goda seorang teman yang membuyarkan lamunan ku. “Eh gak kok bu, Cuma pusing aja.” Jawabku sekenanya. Akhirnya akupun menyalakan laptop dan membuka Microsoft word.

Kepada

Sahabatku Yati

di tempat.

Sebelumnya aku mohon maaf jika kedatangan surat ini akan mengganggu aktivitas dan fikiran mu. Sudah satu minggu sejak kejadian tempo hari aku memendam perasaan yang tidak menentu. Antara sedih dan bahagia. Sedih karena aku tidak menyangka akan seperti ini. Dimana setiap kali aku memandang mu kamu membuang muka kepada ku. Aku sadari semua bermula dari aku. Aku memang tidak memandang dan menjawab teguran mu ketika setelah engkau menjawab permintaan bantuanku yang seolah menolak dengan ketus. Aku sadar telah terlalu banyak merepotkan mu. Karena setiap aku membutuhkan sesuatu kaulah orang pertama yang aku mintai bantuan. Sebenarnya jauh dilubuk hati terdalam aku melakukan ini karena aku terlalu mencintai mu. Dan aku sadar cintaku ini salah. Mungkin ini bisa di bilang cinta terlarang. Terlarang karena aku bukan lagi seorang pemuda seperti dulu yang bebas menentukan kemana arah cinta ini berlabuh. Kini aku telah memiliki seorang istri dan seorang anak. Tetapi haruskah aku  melarang cinta yang aku sendiri tidak kuasa menahannya? Andai saja tuhan membuka jalan untuk aku dapat memiliki kalian berdua, tentu akan aku lakukan. Tapi aku sadar hal ini tidak mudah dan  bahkan tidak mungkin, meskipun agama kita membolehkan. Terlalu banyak rintangan yang harus dilalui. Akhirnya akupun bertekad untuk membunuh cinta ini. Setidaknya memperlakukan cinta ini secara wajar . Cinta sebatas pertemanan. Dalam sebuah ungkapan dari seorang bijak, mengatakan bahwa,’untuk tidak mencintai orang yang kamu cintai adalah dengan mengingat dan memikirkan apa-apa yang kamu tidak sukai dari padanya. Buanglah pikiran yang membuat kamu menyukainya, dan gantikan dengan perasaan yang membuat kamu membencinya.’ Begitulah ungkapan yang pernah aku dengar. Entah ini sebuah kebaikan atau tidak yang jelas aku pernah mendengarnya. Aku pun mencoba scenario ini. Barangkali dengan ini aku bisa berlaku seperti apa yang seharusnya. Perasaan sebatas hubungan kerja. Yakni tidak memiliki perasaan yang berlebihan yang dapat menghancurkan hubungan persahabatan kami semua.

Tetapi diluar dugaan, aku tidak merasa nyaman dengan suasana ini. Dan agar situasi ini tidak menimbulkan tanda tanya di antara teman sekantor,  aku berharap kamu bisa mengerti dan memafkan kesalahanku. Sungguh semua ini gara-gara aku tidak tau bagaimana aku harus bersikap  atas perasaan cinta ini. Benarlah  yang disabdakan nabi bahwa “ tidak halal bagi seorang muslim untuk memboikot (tidak menyapa) saudaranya lebih dari 3 hari.” (H.R. Bukhari 6237 dan Muslim 2560). Atas dasar ini aku tidak ingin “perang dingin” ini terus berlanjut. Biarlah aku mengangkat bendera putih pertanda menyerah atas kekalahan dan kesalahan ku selama ini. Semoga “dinda” dapat memahaminya.

Demikian  curahan hati ini aku sampaikan agar sudi kiranya engkau memaafkan ku.

                                                                                    Dari yang bersalah

                                                                                    Yadi

Surat telah selesai ku buat. Namun beratnya menulis surat belum seberapa jika dibandingkan dengan cara bagaimana aku harus menyampaikan surat ini. Akhirnya surat ini pun aku simpan dalam flasdick yang kuserahkan kepadanya. “ Bu, tolong di copy, nama filenya tugas dari pak mul.” Oh iya pak”, dengan raut keheranan tanpa menanyaiku tentang apa isi file yang tiba-tiba aku serahkan kepadanya. Sengaja aku menulis nama filenya dengan samaran “tugas” agar orang lain yang mungkin suatu saat membuka menganggap file ini benar-benar memang tugas sekolah yang aku titipkan  kepadanya.

Sejak aku memberikan file surat itu kepada Yati. Hatiku tidak hentinya gundah gulana menanti jawaban apa yang akan dilayangkannya kepada ku. Aku sadar apapun balasannya sudah merupakan konsekwensi dari ulahku sendiri. Akupun pasrah dan bertawakkal. Tak berapa lama hp ku pun  bergetar, pertanda ada sms yang masuk. Aku buka dan benar pengirimnya sesuai dugaan ku. Yati menulis pesan singkat yang isinya  “iya pak saya juga minta maaf atas perlakuan tempo hari. “tapi saya mungkin tidak bisa memblas surat piyan. Saya sebenarnya tidak ada niatan untuk tidak menegur pian tapi karena pian yang lebih dulu tidak menyapa, jadi ya apa boleh  buat akhirnya aku pun juga malu untuk menegur pian.”

Mendapat jawaban sms dari yati, hati ku sedikit lega. Meskipun juga sangat di sayangkan dia tidak berniat untuk membalas surat ku. Tapi bagi ku tidak lah mengapa. Cukup pemberiaan maaf yang ku harapkan agar suasana kembali cair seperti sedia kala. Tetapi meskipun begitu esoknya aku belum dapat menangkap kesan bahwa dia benar-benar ikhlas memaafkanku. Iseng aku membuka facebook dan  terlihat statusnya “ kejamnya diri mu”…. Sampai saat ini aku masih belum mengerti apa maksud dari status itu. Batinku masih bertanya. Kepada siapakah aku berlaku kejam? Kepada istriku? Atau kepada dirinya?... Wallo hu a’lam.

Mari menulis



Menulis adalah sebuah kegiatan merangkai kata menjadi sebuah kalimat yang mempunyai makna. Lebih jauh lagi, jika sebuah kalimat disusun maka akan menjadi sebuah pesan atau pengetahuan yang  bermakna bagi si pembaca. Banyak manfaat dari menulis. Disamping melatih diri untuk mengeluarkan unek-unek yang bisa di baca orang lain, juga dapat menghasilkan nilai ekonomis (uang) bagi mereka yang sudah menjadi penulis professional.
Pertanyaannya bagaimanakah cara agar mudah menulis?
Banyak ide atau inspirasi yang bisa menjadi bahan tulisan. Ketika kita sedang GALAU, maka dari pada pikiran ngelantur gak karuan, akan jauh lebih bermanfaat jika dituangkan dalam sebuah tulisan atau sekedar coretan dalam buku dairy. Jika sudah banyak tinggal menyusun kembali menjadi sebuah karangan yang mungkin bagi orang lain ada manfaat yang dapat di ambil. Selain itu, masalah percintaan, pertemanan, pekerjaan, keluarga, politik, social dan budaya serta agama dapat menjadi inspirasi untuk kita membuat sebuah tulisan.
Kalian tentu tahu banyak sekali orang-orang besar terlahir dari menulis. Bahkan seseorang akan lebih lama dikenang jika dia mampu menghasilkan sebuah karya tulisan yang bermanfaat bagi banyak orang. Contohnya seperti Buya Hamka dengan tafsir al azharnya.
Habiburrahman El Shirazy dengan Ayat-Ayat Cintanya, JK Rowling dengan Harry Potternya, Andrea Hirata dengan Laskar Pelanginya dan bahkan seorang Nabi Muhammad pun dengan segala perilakunya yang tertuang dalam kitab-kitab hadist yang menjadi rujukan kedua bagi umat islam di seluruh dunia.
Kalian bisa menulis dengan kondisi kalian saat ini. Misalkan kondisi sekolah, teman yang menyebalkan, ataupun teman yang membuat kalian tertarik dan jatuh hati kepadanya. Namun sebagai mana lazimnya sebuah tulisan yang di publikasi. Hendaknya disebutkan sumber berita yang menjadi rujukan ataupun  kutipan jika itu menyangkut isu publik sehingga jika ada pihak yang merasa dirugikan maka kalian tinggal menunjukkan rujukan (sumber) nya.
Mari berlatih menulis mulai saat ini, siapa tau salah satu diantara kalian akan menjadi seorang penulis terkenal yang dapat menginspirasi banyak orang.
Salam menulis !

                                                                                                By Mulyadi

BIODATA DIRI




1.    Nama                                 :  Mulyadi, S. Pd
2.    TTL                                    :  Bayansari, 01 Februari 1986
3.    Alamat                               :  Jl. Bumi Mas raya, komplek bumi handayani
4.    Asal                                   :  Desa Bayansari, kec. Angsana, Kab. Tanah Bumbu, Kal-Sel.
5.    Pendidikan terakhir           :  S1 Pendidikan IPS, Program Studi Pendidikan Ekonomi
6.    Hobi                                   :  Olahraga, baca buku, mengaji dan mengkaji (belajar),
7.    Tokoh idola                       :  Muhammad SAW, Abu Bakar R.A, Umar Bin Khattab RA, Aa Gym, KH. Zainuddin MZ, Arifin Ilham, Habiburrahman El Shirazy.
8.    Music                                 : Dangdut Rhoma Klasik, Metal (melayu total), Peterpan, Dewa 19, Opic, Scorpion, Maher Zein
9.    Motto                                 : Hidup untuk belajar (tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga ke liang lahat), dzikir adalah untuk ketenangan (ala bidzikrillah hitat mainnal qulub), qiyamul lail adalah untuk pengaduan…puasa adalah media untuk mengendalikan keinginan…
10.    Cita-cita                             : Guru (ustadz/da’i),  pengusaha dermawan, penulis buku, hafiz qur’an 30 juz, menaikkan haji orang tua.
11.    Pengalaman Organisasi     : Ketua kelas 2A (SMP),ketua Asrama Mahasiswa Demang Lehman (AMDL) Unlam  periode 2009, ketua Kelompok Studi Islam (KSI) Al-Iqtisadi Pendidikan Ekonomi FKIP Unlam, anggota Badan Legislatif Mahasiswa (BLM), Manager Bookstore AMDL Unlam.
12.    Prestasi                              : Terbaik tulisan bersambung SD Bayansari 1, Spesialis Juara III kenaikan kelas SD-SMP (Pernah Juara I saat cawu 2 kelas 5 SD), Juara III lomba azan tingkat remaja di kampung (desa bayansari) dan Juara II lomba mengaji. Salah satu perwakilan sekolah dalam perlombaan Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI) tingkat Kal-Sel di Pagatan. Terbaik hafalan Juz Amma Diklat guru-guru JSIT II  tahun 2011.
13.    Catatan / pesan                  : Menuliskan sekecil apapun prestasi adalah salah satu cara untuk menghargai diri dan  kehidupan ini… (pesan dalam salah satu materi diklat)


                                                        Mulyadi