Assalamualaikum wr.wb…
Ahlan wa sahlan sahabat-sahabat dunia maya ku. Kali ini saya
ingin sedikit berbagi cerita tentang sekolah dasar yang sedang saya rintis.
Meskipun bahasanya “sedang saya rintis”, namun bukan berarti saya lah
pendirinya. Saya hanyalah yang mengawali nahkoda sebagai pimpinan di sekolah
dasar tersebut. Tepatnya sekolah dasar islam terpadu (SDIT) AN NAHL Angsana.
Sahabat sekalian yang berbahagia, sekolah islam terpadu
(SIT) adalah sebuah sekolah islam moderat (seperti itu saya melihatnya) yang
menjadi pilihan alternative bagi warga masyarakat Indonesia. Berawal dari lima
satuan sekolah dasar yang berdiri pada 1993 di wilayah Jabodetabek, sekolah
Islam terpadu (SIT) telah berkembang pesat di seluruh Indonesia.
Kelima sekolah yang menjadi cikal bakal model penyelengaraan SIT itu, yakni SDIT Nurul Fikri Depok, SDIT Al Hikmah Jakarta Selatan, SDIT Iqro Bekasi, SDIT Ummul Quro Bogor, dan SDIT Al Khayrot Jakarta Timur. Sejak saat itu, SIT terus bermunculan dan berkembang.
Kelima sekolah yang menjadi cikal bakal model penyelengaraan SIT itu, yakni SDIT Nurul Fikri Depok, SDIT Al Hikmah Jakarta Selatan, SDIT Iqro Bekasi, SDIT Ummul Quro Bogor, dan SDIT Al Khayrot Jakarta Timur. Sejak saat itu, SIT terus bermunculan dan berkembang.
Ketua JSIT Indonesia
Sukro Muhab mengungkapkan, inspirasi membangun sekolah Islam bermutu didorong
keinginan mendirikan sekolah yang bebas dari sekularisme.
Yakni, sekolah yang mengintegrasikan pendidikan umum dan agama dalam suatu jalinan kurikulum, pembelajaran, dan lingkungan terpadu. Tingginya minat masyarakat menyekolahkan putra-putrinya di SIT, menurut Sukro, tak lepas dari tiga kunci utama keberhasilan proses pendidikan di SIT. Pertama, niat dan dedikasi pendidik di SIT berpijak pada motif menggapai ridha Allah SWT semata. Kedua, kepercayaan dan harapan yang tinggi dari orang tua kepada SIT. Ketiga, dukungan masyarakat, pemerintah, dan pihak lain bagi kebangkitan sekolah Islam bermutu.
Kini, perkembangan sekolah Islam menjadi tren yang fenomenal di kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Hal itu ditandai dengan munculnya semangat menolak fenomena sekularisme dalam filosofi pendidikan.
Seorang peneliti dari Lee Kuan Yew School of Public Policy, Singapura, mengungkapkan, SIT menolak dikotomi antara pendidikan agama dan sekuler. Peneliti itu menambahkan, SIT berkembang di kota-kota besar dan diminati kalangan menengah ke atas. Para penyelenggara SIT kebanyakan dari kalangan Muslim terdidik yang memiliki tingkat kesadaran Islam yang tinggi. Keberadaan SIT, baik penyebaran maupun pertumbuhannya di Indonesia, sangat dipengaruhi keberadaan JSIT Indonesia.
JSIT Indonesia merupakan organisasi yang dibentuk para pendiri SIT. Setelah mengalami pertumbuhan cukup signifikan, mereka menggagas payung organisasi yang berfungsi sebagai wadah pembinaan dan pemberdayaan SIT.
Menurut Sukro, JSIT Indonesia menjadi wadah berhimpunnya sekolah Islam yang memiliki filosofi, konsepsi, dan aplikasi sama dalam penyelenggaraan sekolah. Mayoritas menggunakan brand SIT mulai dari pendidikan tingkat usia dini, sekolah dasar, sampai sekolah menengah.
JSIT Indonesia yang berdiri pada 31 Juli 2003 dinakhodai Dr Fahmy Alaydroes, yang juga ketua yayasan pendidikan Nurul Fikri. Kini, JSIT memasuki usia satu dekade. Banyak pemberdayaan yang dilakukan terhadap sekolah Islam yang berafiliasi dalam jaringannya.
Selain menggelar sederet pelatihan, JSIT Indonesia bekerja sama dengan lembaga pendidikan internasional. Antara lain, International Center for Educational Excellence Malaysia, Association For Academic Quality Pakistan, Sekolah Islam Al Irsyad dan Aljuneid Singapura, Smart Bestari Thailand, dan Khoirat Foundation Turki.
Segudang prestasi diraih peserta didik dan SIT dalam ajang nasional dan intenasional. Baik dalam kompetisi olimpiade sains maupun kegiatan olahraga dan seni. Tak kalah pentingnya rata-rata lulusan SDIT mampu menghafal satu juz Alquran, sedangkan SMPIT dan SMAIT lebih dari dua juz. (Heri Ruslan, http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/14/01/31).
Yakni, sekolah yang mengintegrasikan pendidikan umum dan agama dalam suatu jalinan kurikulum, pembelajaran, dan lingkungan terpadu. Tingginya minat masyarakat menyekolahkan putra-putrinya di SIT, menurut Sukro, tak lepas dari tiga kunci utama keberhasilan proses pendidikan di SIT. Pertama, niat dan dedikasi pendidik di SIT berpijak pada motif menggapai ridha Allah SWT semata. Kedua, kepercayaan dan harapan yang tinggi dari orang tua kepada SIT. Ketiga, dukungan masyarakat, pemerintah, dan pihak lain bagi kebangkitan sekolah Islam bermutu.
Kini, perkembangan sekolah Islam menjadi tren yang fenomenal di kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Hal itu ditandai dengan munculnya semangat menolak fenomena sekularisme dalam filosofi pendidikan.
Seorang peneliti dari Lee Kuan Yew School of Public Policy, Singapura, mengungkapkan, SIT menolak dikotomi antara pendidikan agama dan sekuler. Peneliti itu menambahkan, SIT berkembang di kota-kota besar dan diminati kalangan menengah ke atas. Para penyelenggara SIT kebanyakan dari kalangan Muslim terdidik yang memiliki tingkat kesadaran Islam yang tinggi. Keberadaan SIT, baik penyebaran maupun pertumbuhannya di Indonesia, sangat dipengaruhi keberadaan JSIT Indonesia.
JSIT Indonesia merupakan organisasi yang dibentuk para pendiri SIT. Setelah mengalami pertumbuhan cukup signifikan, mereka menggagas payung organisasi yang berfungsi sebagai wadah pembinaan dan pemberdayaan SIT.
Menurut Sukro, JSIT Indonesia menjadi wadah berhimpunnya sekolah Islam yang memiliki filosofi, konsepsi, dan aplikasi sama dalam penyelenggaraan sekolah. Mayoritas menggunakan brand SIT mulai dari pendidikan tingkat usia dini, sekolah dasar, sampai sekolah menengah.
JSIT Indonesia yang berdiri pada 31 Juli 2003 dinakhodai Dr Fahmy Alaydroes, yang juga ketua yayasan pendidikan Nurul Fikri. Kini, JSIT memasuki usia satu dekade. Banyak pemberdayaan yang dilakukan terhadap sekolah Islam yang berafiliasi dalam jaringannya.
Selain menggelar sederet pelatihan, JSIT Indonesia bekerja sama dengan lembaga pendidikan internasional. Antara lain, International Center for Educational Excellence Malaysia, Association For Academic Quality Pakistan, Sekolah Islam Al Irsyad dan Aljuneid Singapura, Smart Bestari Thailand, dan Khoirat Foundation Turki.
Segudang prestasi diraih peserta didik dan SIT dalam ajang nasional dan intenasional. Baik dalam kompetisi olimpiade sains maupun kegiatan olahraga dan seni. Tak kalah pentingnya rata-rata lulusan SDIT mampu menghafal satu juz Alquran, sedangkan SMPIT dan SMAIT lebih dari dua juz. (Heri Ruslan, http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/14/01/31).
Alhamdulillah saat ini
SDIT AN NAHL Angsana sudah menjadi bagian dari Jaringan Sekolah Islam Terpadu
(JSIT) Indonesia. Dan merupakan SIT pertama yang ada di Kecamatan Angsana.
Meskipun begitu tidak mudah untuk mendirikan sekolah tersebut. Banyak liku dan
tantangan yang harus dihadapi. Dari mulai tempat yang selalu berpindah-pindah, masih
rendahnya komitmen para guru, dan kurangnya dukungan di tingkat local. Namun
hal ini tentunya sudah menjadi mafhum. Karena sekolah islam terpadu bisa
dikatakan sebagai sekolah “baru” khususnya bagi warga masyarakat yang tinggal
di pedesaan seperti kami. Sehingga cenderung masih dipandang sebelah mata.
Namun hal ini menjadi tantangan yang memicu semangat kami untuk terus
meningkatkan diri guna mendapatkan
pengakuan dari masyarakat khususnya pemerintah daerah di Kabupaten Tanah
Bumbu. Di Tanah Bumbu sendiri sudah muncul beberapa sekolah islam terpadu yang
lebih dahulu mengawali. Diantaranya ada SIT Ar Rasyid, SIT Dhia El Widad, dan
SIT Rumah Pintar Indonesia.
Belajar dari pengalaman
yang sempat penulis dapatkan di SDIT Ukhuwah Banjarmasin, Sekolah islam terpadu
adalah sebuah wadah yang tepat yang dapat membentuk kepribadian dan semangat
berprestasi dari anak-anak calon pemimpin masa depan. Berbagai aktivitas di
dalam dan diluar sekolah cukup menjadi jawaban akan hal itu. Bagaimana seorang
anak yang tidak hanya cakap dalam computer, juga aktif dalam menghafal al
qur’an. Selain itu budaya-budaya islami yang keliatannya sederhana namun cukup
membekas di hati saya waktu itu. Akhlak terpuji dan kejujuran adalah sebuah
kartu AS yang menjadi point penting yang
selalu tertanam di benak saya dan hal itu yang selalu didoktrinasi oleh para
guru kepada siswa-siswanya di sekolah tersebut.
Menurut pandangan
penulis, point terakhir ini adalah menjadi kata kunci yang menjawab berbagai
fenomena “sakitnya”dunia pendidikan saat ini. sakitnya dunia pendidikan dapat kita lihat pada <a href="https://www.facebook.com/MozaikIslam/posts.html">MozaikIslam</a>
Oleh karena nya kami dengan segenap tenaga pendidik mencoba untuk menawarkan pendidikan alternative yang mengedepankan akhlak terpuji dan budaya islami kepada warga masyarakat khususnya yang ada di Kecamatan Angsana Kabupaten Tanah Bumbu. Semoga niat tulus kami mendapat ridho dari Allah SWT dan dukungan dari segenap masyarakat, khususnya di Kecamatan Angsana….Aamiinn
Oleh karena nya kami dengan segenap tenaga pendidik mencoba untuk menawarkan pendidikan alternative yang mengedepankan akhlak terpuji dan budaya islami kepada warga masyarakat khususnya yang ada di Kecamatan Angsana Kabupaten Tanah Bumbu. Semoga niat tulus kami mendapat ridho dari Allah SWT dan dukungan dari segenap masyarakat, khususnya di Kecamatan Angsana….Aamiinn
Wallohu a’lam