Ketika kita mendengar kata dolly, maka yang terbayang di
benak adalah sebuah komplek/kawasan yang menjadi tempat para pekerja seks
komersil (PSK) menjajakan dirinya demi kepentingan syahwat atau yang lebih
halus dikenal disebut orang sebagai “mata pencaharian”. Hah? Mata pencaharian?
Gak salah?
Bagi masyarakat disekitar kawasan tersebut mungkin bukan hal
yang tabu lagi jika saudara, ibu, bahkan mungkin anak mereka mencari nafkah
sebagai PSK. Tapi bagi umumnya orang kebanyakan di Indonesia menjadi seorang
PSK tentu hal yang sangat aib bagi mereka. lebih lebih bagi masyarakat muslim pada
umumnya. Namun anehnya masyarakat disekitar tempat tersebut masih banyak yang
menentang penutupan, bahkan menyurati presiden tentang nasib mereka akibat di
tutupnya Dolly. Saya pribadi sangat salut dengan keberanian ibu risma menutup
kawasan tersebut meskipun banyak pihak yang menentangnya. Bahkan beliau siap
menerima risiko yang paling membahayakan jiwanya, yakni diancam akan di bunuh.
Kerjasama yang baik antara pemprov jawa timur dan pemkot
Surabaya patut diacungi jempol. Khususnya pemkot Surabaya. Tapi tentunya bukan
untuk sang wakil walikota yang konon katanya tidak setuju/tidak mendukung
dengan penutupan lokalisasi yang menjadi tempat pelacuran terbesar di kawasan
asia tenggara ini. Pemkot akan memberikan Rp 5.000.000 sebagai pesangon selama
satu bulan kepada masing masing PSK agar mereka dengan legowo mengikutinya
ajakan pemerintah kota Surabaya. Namun dengan sejumlah uang itu ternyata masih
ada PSK yang mengatakan belum cukup, naudzubilllah…
Ditengah ujian yang berat ini ibu risma ternyata tidak
sendirian, masih ada sekitar 15 ormas yang mendukung dan siap membekap rencana
beliau agar bias terlaksana dengan baik dan lancer. Namun menurut saya, kedatangan
beberapa ormas yang di dominasi ormas islam tersebut belum lah cukup dalam
bentuk dukungan. Dibutuhkan upaya yang lebih konkrit untuk menyuarakan aspirasi
tersebut. Baik melalui unjuk rasa maupun konferensi pers. Saya masih berharap
kepada para organisasi mahasiswa dan ormas islam untuk bersuara mendukung
kebijakan pemerintah kota Surabaya. Jangan hanya unjuk rasa itu muncul untuk
menolak, tapi juga selayaknya hadir untuk mendukung kebijakan pemerintah.
Bukankah jihad yang sangat besar ganjaran pahalanya jika
berani menyuarakan kebenaran kepada pihak yang dzalim/menentang?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar