Kamis, 21 Mei 2015

AKHIR CERITA DOLLY



Ketika kita mendengar kata dolly, maka yang terbayang di benak adalah sebuah komplek/kawasan yang menjadi tempat para pekerja seks komersil (PSK) menjajakan dirinya demi kepentingan syahwat atau yang lebih halus dikenal disebut orang sebagai “mata pencaharian”. Hah? Mata pencaharian? Gak salah?
Bagi masyarakat disekitar kawasan tersebut mungkin bukan hal yang tabu lagi jika saudara, ibu, bahkan mungkin anak mereka mencari nafkah sebagai PSK. Tapi bagi umumnya orang kebanyakan di Indonesia menjadi seorang PSK tentu hal yang sangat aib bagi mereka. lebih lebih bagi masyarakat muslim pada umumnya. Namun anehnya masyarakat disekitar tempat tersebut masih banyak yang menentang penutupan, bahkan menyurati presiden tentang nasib mereka akibat di tutupnya Dolly. Saya pribadi sangat salut dengan keberanian ibu risma menutup kawasan tersebut meskipun banyak pihak yang menentangnya. Bahkan beliau siap menerima risiko yang paling membahayakan jiwanya, yakni diancam akan di bunuh.
Kerjasama yang baik antara pemprov jawa timur dan pemkot Surabaya patut diacungi jempol. Khususnya pemkot Surabaya. Tapi tentunya bukan untuk sang wakil walikota yang konon katanya tidak setuju/tidak mendukung dengan penutupan lokalisasi yang menjadi tempat pelacuran terbesar di kawasan asia tenggara ini. Pemkot akan memberikan Rp 5.000.000 sebagai pesangon selama satu bulan kepada masing masing PSK agar mereka dengan legowo mengikutinya ajakan pemerintah kota Surabaya. Namun dengan sejumlah uang itu ternyata masih ada PSK yang mengatakan belum cukup, naudzubilllah…
Ditengah ujian yang berat ini ibu risma ternyata tidak sendirian, masih ada sekitar 15 ormas yang mendukung dan siap membekap rencana beliau agar bias terlaksana dengan baik dan lancer. Namun menurut saya, kedatangan beberapa ormas yang di dominasi ormas islam tersebut belum lah cukup dalam bentuk dukungan. Dibutuhkan upaya yang lebih konkrit untuk menyuarakan aspirasi tersebut. Baik melalui unjuk rasa maupun konferensi pers. Saya masih berharap kepada para organisasi mahasiswa dan ormas islam untuk bersuara mendukung kebijakan pemerintah kota Surabaya. Jangan hanya unjuk rasa itu muncul untuk menolak, tapi juga selayaknya hadir untuk mendukung kebijakan pemerintah.
Bukankah jihad yang sangat besar ganjaran pahalanya jika berani menyuarakan kebenaran kepada pihak yang dzalim/menentang?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar